Sosok Bunda Iffet tentunya sudah tidak asing bagi kalangan muda, khususnya mereka yang mengidolakan band papan atas Slank. Bunda menjadi bidadari penyelamat, yang membawa Slank keluar dari jeratan narkoba, hingga kini menyatakan perang terhadap narkoba. Sang Bunda yang kini menjabat sebagai manajer Slank, membagi pengalaman dan pandangannya tentang Bangsa Indonesia melalui buku “Bundaku Sayang,” yang berisi 23 artikelnya yang sebelumnya di muat oleh Koran Slank. Dari mulai bagaimana seharusnya orang tua bersikap, sampai kepada permasalahan pengangguran.
Orang tua bukanlah pemberi nasehat dimana selalu memosisikan diri sebagai yang paling benar, tetapi orang tua harus menempatkan diri sebagai sosok yang dapat dipercaya oleh anak-anaknya, sehingga sang anak mendapatkan rasa nyaman untuk berterus terang akan setiap permasalahan yang dihadapinya, berdiskusi dan mencari solusi bersama.
Begitu pula ketika anak salah, semisal terjerembab kedalam dunia narkoba, orang tua harus melakukan evaluasi bersama, tidak hanya langsung menyalahkan anaknya, karena mungkin saja kesalahan itu ada pada orang tua sendiri yang kurang dalam mengawasi pergaulan anaknya ataupun tidak maksimal dalam memberikan kasih sayangnya, sehingga sang anak mencari perhatian di dunia luar, dan kemudian terjerumus kedalam lubang hitam narkoba. Dan dengan kasih sayang pula orang tua harus mendekati anaknya, dan tidak cukup hanya menyerahkan kepada dokter tanpa ada pendekatan yang khusus dari orang tua.
Bunda Iffet mencontohkan upaya penyelamatannya terhadap Bimbim anaknya dan personil Slank lainnya yang telah 7 tahun mengalami ketergantungan terhadap narkoba. Dengan sabar ia membimbing mereka (Bimbim, Ivan, Kaka), dan memposisikan diri selain sebagai ibu yang dengan kasih sayangnya juga sebagai teman yang dapat berdialog dengan terbuka. Alhasil Slank sembuh.
Kini sebagai rasa syukur atas kesembuhan Slank, Bunda bersama Slank mendirikan Padepokan Sukajaya, sebuah pusat rehabilitasi untuk menampung dan membantu kesembuhan penderita ketergantungan narkoba, dengan cara yang sama pesis yang pernah dilakukan terhadap Bimbim, Kaka dan Ivan.
“Apa pun bila kita katakan berat tentu semua perilaku kita, tindak tanduk, hawa nafsu semua akan berat karena segala apa yang dikerjakan itu harus dilandasi dengan cinta. Tanpa cinta pasti semuanya tidak bisa terselesaikan,” tulis Bunda.
Mengenai masalah pembajakan, sebagaimana yang dikampanyekan Slank dalam salah satunya albumnya yang bertitel “Bajakan”, bahwa membajak itu hukumnya haram, dalam “Bundaku Sayang” Bunda Iffet juga mengulas tentang pembajakan di Indonesia, beliau mengajak kepada para musisi agar kompak dalam mengkampanyekan anti pembajakan, karena para musisi harus memperjuangkan haknya. Begitu pula dengan pencipta lainnya baik itu dibidang musik atau pun perbukuan, dan hal ini akan membantu tugas pemerintah dalam mengungkap gembong pembajak yang selalu bersembunyi di dalam tebalnya selimut hukum.
Dalam bidang kesejahteraan, Bunda membahas masalah pengangguran yang menjadi paradigma sosial yang ada. Menurut Bunda persoalan pengangguran bukan hanya persoalan individu si penganggur ataupun persoalan pemerintah, namun persoalan pengangguran adalah persoalan kita semua, pada hekekatnya kita harus saling memberi peluang kepada sesama.
Untuk para pengangguran Bunda menyarankan agar jangan terjebak oleh ego, misalnya rasa malu untuk bekerja karena tidak sesuai dengan pendidikan ataupun menunggu-nunggu sesuatu yang tidak pasti seperti lowongan tenaga kerja, tapi yang harus dibangun adalah sikap mau bergerak dan inisiatif untuk mendapatkan penghasilan. Bunda mencontohkan bahwa mengamen pun bila itu adalah salah satu pilihan kenapa tidak dilakukan, asalkan halal maka semua pekerjaan adalah baik.
Dalam setiap bahasannya dalam buku ini, Bunda Iffet mencoba menempatkan diri ditengah-tengah realita yang ada, khususnya kalangan muda, dengan tutur bahasa yang nyaman Bunda juga memposisikan sebagai sosok teman yang seolah mengenal dengan dekat dunia remaja, sehingga ide dan gagasan yang ia sampaikan tidak kaku dan dapat diterima dengan baik.
Buku yang diterbitkan atas kerjasama Koran Slank, Pulau Biru Indonesia (Manajemen Slank) dan Yayasan Obor Indonesia ini adalah salah satu alternatif bacaan yang sudah seharusnya dikonsumsi oleh kaum muda sebagai sarana bercermin, para orang tua dan Ibu-Ibu yang tengah berjuang mendidik anaknya sebagai panduan, juga kalangan akademisi sebagai kajian atas nilai-nilai sosial yang patut diteladani
source : karawanginfo